Penyakit kleptomania

Kleptomania, Dorongan Mencuri Tiba-tiba
Dokter, saya mengalami kesulitan dengan anak saya. Ia sekarang berumur 20 tahun. Sejak SD saya sering mendapat
pengaduan dari gurunya kalau anak saya suka mengambil barang-barang temannya. Kebiasaan itu makin menjadi.
Kemarin saya mendapat laporan dari sebuah toko swalayan bahwa anak saya mengambil lima buah VCD. Padahal di
rumah ia banyak mempunyai VCD.
DEMIKIAN tulis seorang ayah tentang kebiasaan anaknya mencuri. Padahal uang buat anak ini tidak merupakan
masalah karena ia mempunyai tabungan yang cukup. Saya pun memberikan uang sesuai dengan kebutuhannya. Saya
berusaha akan memenuhinya karena saya cuma mempunyai dua orang anak. Saya malu dengan orang lain seakanakan
saya tidak pernah memberi uang. Apa yang dicurinya dibiarkan tergeletak di kamarnya dan tidak digunakan.
Di rumah, mainan banyak sekali. Apapun yang dipunyai temannya ia juga punya. Jadi tidak ada alasan karena tidak
punya ia sampai mencuri. Saya bersama istri menyayanginya. Namun setelah kejadian ini berulang, saya menjadi tidak
sabar, merasa malu dan putus asa. Pernah sampai saya memukulnya karena tidak bisa dinasihati. Sekarang anak saya
menjadi murung. Apakah anak saya memang pencuri? Apakah anak saya mempunyai kelainan jiwa?
Anak dengan gejala seperti terlukis di atas dimasukkan ke dalam kelompok besar gangguan kebiasaan dan impuls.
Gangguan ini ditandai oleh tindakan yang dilakukan berulang, tidak mempunyai motivasi yang rasional dan jelas yang
umumnya merugikan kepentingan pasien sendiri dan orang lain. Pasien melaporkan bahwa perilakunya disertai dengan
impuls yang tidak dapat dikendalikan. Ia mencuri barang bukan untuk memilikinya. Ia mencuri barang itu karena
terdorong secara tiba-tiba setelah melihat benda itu.
Anak tersebut didiagnosis dengan gangguan curi patologis (kleptomania), yakni gangguan yang ditandai oleh kegagalan
menahan dorongan yang berulang-ulang untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan uang.
Barang itu kemudian dibuang, diberikan kepada orang lain atau dikumpulkan. Sebelum melakukan tindakan, ia
mengalami ketegangan dan merasa puas pada saat melakukan tindakan dan segera sesudahnya. Ia tidak melakukan
tindakan mencuri pada setiap ada kesempatan. Di antara episode pencurian di toko atau kesempatan lain, sering
penderita merasa murung, gelisah dan merasa bersalah. Namun perasaan ini tidak menghentikan dorongan mencuri
pada saat muncul secara tiba-tiba.
Anak itu tidak merencanakan melakukan aksi mencuri. Dorongan untuk melakukan itu muncul secara tiba-tiba. Setelah
menyadari keadaannya, pada umumnya mereka yang melakukan tindakan ini merasa malu dan jarang melaporkan
perilakunya ini. Apa yang menyebabkan keadaan ini, belum diketahui secara pasti. Ada yang menduga dari pandangan
psikodinamika karena ada pertahanan melawan impuls, keinginan, konflik atau kebutuhan yang menakutkan di alam
bawah sadar. Impuls atau keinginan ini merupakan refleksi motif seksual atau masochistic (kesenangan karena
menderita) dan tindakan mencuri merupakan pengeluaran impuls yang menunjukkan mekanisme narsisistik individu
yang mudah dikritik untuk mencegah pengecilan diri.
Kebanyakan penelitian menyokong pendapat bahwa seseorang dengan kleptomania mempunyai keruwetan dan
disfungsi pada masa kanak-kanaknya. Dorongan mencuri adalah usaha untuk mengembalikan kekurangan pada masa
kanak-kanak dini ini. Kleptomania sering ditemukan merupakan bagian dari spektrum gangguan afektif, atau
memperlihatkan gejala obsesif kompulsif termasuk kompulsif dalam mencuci tangan, membersihkan, memeriksa,
mengumpulkan dan membeli sesuatu atau gangguan makan terutama bulemia. Kleptomania erat hubungan dengan
sistem serotonergik. Kleptomania adalah penyakit kronik, umumnya dimulai pada akhir remaja dan kemudian berlanjut
beberapa tahun kemudian.
Cara Mengatasi
BERDASARKAN pemahaman bahwa gangguan ini disebabkan masa kecil yang tidak terpuaskan yang bisa
menimbulkan kegelisahan atau depresi, banyak spikiater mencoba memberikan obat anti-sedih. Namun banyak yang
menyembuhkan penderita dengan melakukan pendekatan psikoterapi dengan cara memperbaiki perilaku atau
mengubah cara pemahaman penderita mengenai dirinya.
Penyembuhan dengan pendekatan psikoterapi dengan orientasi pemahaman memerlukan waktu panjang bisa 2-3 thun.
Ada baiknya dilakukan pendekatan untuk mengenal dirinya melalui meditasi. Dengan meditasi, penderita diajar untuk
memusatkan pikirannya. Bila ia bisa melakukan pemusatan pikiran dan kemudian ia bisa tidur nyenyak, maka
keseimbangan yang diperoleh ini akan meningkatkan fungsi sistem yang ada dalam tubuhnya.
Sistem saraf otonom, sistem daya tahan tubuh dan sistem hormonal akan bekerja bersama-sama dalam keadaan
seimbang yang mempengaruhi sistem neurotransmiter. Keseimbangan neurotransmiter ini akan meningkatkan
kesadaran anak yang menyebabkan adanya pemahaman diri. Jika dengan dirinya sendiri ia belum mampu untuk
memahami dirinya dan mengontrol dirinya, maka anak perlu ditangani oleh psikiater untuk mendapatkan psikoterapi
meditasi sehingga proses pemahaman bisa diperoleh lebih cepat.
Jika permasalahannya lebih banyak disebabkan oleh masa kecil yang tidak terpuaskan, maka memperbaiki trauma
masa lampau sangat membantu anak memahami dirinya. Anak akan dibawa untuk merasakan apa yang terjadi waktu


kanak-kanak dan menyelesaikan permasalahannya itu. Kalau permasalahan waktu kecil sudah dipahami seumur
munculnya masalah itu, maka diharapkan editing sejak mulai adanya permasalahan sampai ke keadaan sekarang akan
terjadi secara otomatis yang dilakukan oleh sendiri dirinya. Dengan anak ini melakukan meditasi selama 10 menit setiap
hari dua kali, diharapkan disiplin diri sudah terbentuk, pengontrolan diri sudah terlatih sehingga munculnya impuls untuk
mencuri bisa segera disadari dan dicegah untuk bertindak. //**
PENYELESAIAN MASALAH
Bagaimana membantu anak untuk mengatasi masalah kebiasaan suka mencuri ini? Diharapkan beberapa cara
penyelesaian di bawah ini dapat memberikan petunjuk kepada orang tua dan guru.
1. Mencukupi kebutuhan anak.
Banyak anak suka mencuri karena keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang tua mengoreksi diri,
apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi? Kelalaian itu bisa terjadi dalam bentuk: tidak memberi makanan yang
bergizi, atau tidak menyediakan alat tulis yang dibutuhkan, atau keperluan sehari- hari lainnya. Semuanya itu akan
membuat anak tergoda untuk melakukan pencurian.
2. Memberi perhatian yang cukup.
Ada pencurian karena adanya ketidakstabilan dalam jiwa anak. Orang tua yang sibuk hanya tahu mencukupi kebutuhan
anak secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohaninya. Bila anak itu sehat, puas dan stabil jwanya, tidak mungkin ia
mencuri untuk mencari perhatian orang dewasa.
3. Mengenali pergaulan anak.
Ketika diketahui anak mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya. Apakah ia bergaul
dengan teman-teman yang berperangai buruk, yang menganggap mencuri itu satu keberanian atau mereka diancam
untuk mencuri. Jika benar teman-teman itu yang bermasalah, maka dengan sabar orang tua harus mengajar anak dan
menjelaskan akibat buruk dari mencuri itu.
4. Menyelidiki motivasinya.
Selain unsur di atas, mungkin masih ada motivasi yang tersembunyi yang mendorong anak itu mencuri. Cobalah untuk
mengetahui kehidupan sosial anak itu, mungkin mereka sedang berpacaran atau sedang terjerumus pada obat-obat
terlarang seperti: ganja atau minuman keras. Bila orang tua dengan teliti menyelidiki motivasi anak mencuri, maka akan
lebih mudah mengatasi masalahnya.
5. Memasukkan konsep nilai yang benar.
Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan
anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak
harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai dengan teladan yang baik supaya
anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain.
Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur barangnya sendiri.
6. Melakukan usaha secara bersama.
Jika anak sendiri tidak berniat untuk membuang kebiasaan yang jelek, meskipun orang tua atau guru memaksa atau
menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah untuk bekerja sama dengan anak, menasihati dan
menjelaskan sebab-akibat dari tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa dilakukan,
kemudian berdoalah bersama mereka agar bersandar pada anugerah Tuhan untuk hidup dalam kemenangan.
7. Mendidiknya dalam kebenaran.
Hati nurani manusiapun berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila anak itu dalam
kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia tetap disayangi, apalagi oleh Allah, jika mau bertaubat
dan berjanji tidak akan mengulangi lagi. //**



Reader Comments



Welcome in blog cared Health

Thank you for taking the time to visit my blog! To you that felt did not yet know about the world of the health come on here the Solution to the life of your health !

Health Cafe by Health Life You

Search This Blog

Subscribe Now: standard

Translate Language


Masukkan Code ini K1-17893D-2
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com