Untuk pertama kalinya dalam 80 tahun, vaksin tuberkulosis (TB) baru sudah memasuki tahap uji coba klinis terhadap kemanjurannya. Walaupun para pengembang optimis dengan hasilnya, para pakar paru dan TB mengingatkan agar jangan terlalu gembira dahulu.

Vaksin TB, yang sedang diuji di Worcester, yang berjarak kurang lebih satu jam dengan kendaraan dari Cape Town, dikembangkan oleh South African Tuberculosis Vaccine Initiative (SATVI), didukung oleh Aeras Global TB Vaccine Foundation (AERAS), sebuah organisasi yang didedikasikan untuk penelitian HIV/TB.

Berita tentang uji coba vaksin TB baru diumumkan dalam Konferensi International AIDS Society (IAS) ke-5 tentang Patogenesis, Pengobatan dan Pencegahan HIV di Cape Town , Juli 2009.

Uji coba secara klinis, yaitu saat bakal obat diuji pada manusia, terdiri dari tiga tahap atau fase. Fase-I bertujuan untuk melihat apakah obat itu aman dipakai pada manusia, dan melibatkan kelompok kecil yang terdiri dari 20-50 relawan.


Fase-II yang bertujuan untuk melihat apakah obat itu bekerja dengan baik, melibatkan ratusan relawan, dan sering dibagi menjadi dua subtahap. Sementara Fase-IIa menilai seberapa baik obat itu bekerja, Fase-IIb berpusat pada takaran yang harus diberikan pada pasien agar obat bekerja dengan baik.

Uji coba fase ketiga dan terakhir adalah penilaian pasti terhadap potensi obat baru. Fase III melibatkan jumlah relawan yang lebih banyak, kadang hingga ribuan orang, yang dibagi menjadi dua kelompok: satu kelompok menerima obat, kelompok lain diberi plasebo. Memerlukan hingga 20 tahun sebelum bakal obat baru mendapatkan lampu hijau.

Obat yang berhasil melalui penelitian Fase-II tidak tentu dilanjutkan. Pada 2007, uji coba Fase-III pada gel mikrobisida yang ditujukan untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan dihentikan setelah para ilmuwan menemukan bahwa lebih banyak peserta pengguna gel itu terinfeksi dibandingkan kelompok plasebo.


Salah satu kekhawatiran yang diangkat selama konferensi oleh komunitas, adalah apakah orang di negara berkembang – yang paling terbeban oleh TB – mampu membeli vaksin itu. “Harga vaksin baru tidak akan berubah, dan akan mencapai kurang lebih 8-10 sen dolar AS per dosis,” Sadoff menjelaskan. “Harga itu sebanding dengan harga vaksin Bacille Calmette-GuĂ©rin (BCG) saat ini.”

Alasan di balik pengembangan vaksin TB baru karena vaksin BCG yang sekarang dipakai, dikembangkan pada 1920-an, terbukti tidak efektif untuk melindungi orang dewasa terhadap bakteri TB. “Vaksin BCG memang melindungi anak terhadap pengembangan jenis TB aktif yang berat, tetapi hanya sampai dengan usia 15 tahun. Setelah itu, orang tidak lagi terlindungi,” kata Harries. “Masalah BCG adalah bahwa kita tidak dapat memberikan dosis kedua setelah perlindungan dari dosis pertama sudah habis.”

Di Afrika, terutama pada orang dewasa dan remaja yang mengembangkan TB, sering juga karena terinfeksi HIV. Odha, karena sistem kekebalannya melemah, lebih rentan terhadap TB. “Diperkirakan bahwa Odha memiliki kemungkinan mengembangkan TB 10% per tahun,” Harries menjelaskan. “Orang yang HIV-negatif, memiliki kemungkinan mengembangkan TB 10% seumur hidupnya.”

Berdasarkan laporan Global TB Report 2009 oleh WHO, pada 2007 ada 9,27 juta infeksi TB baru, dan 1,7 juta orang di seluruh dunia – 456.000 di antaranya yang juga terinfeksi HIV, meninggal akibat TB.

Di Afrika Selatan, salah satu negara dengan beban TB tertinggi, dari 461.000 kasus yang tercatat pada 2007, 336.000 terjadi di antara Odha. Di antara 112.000 orang yang meninggal akibat TB, 94.000 adalah HIV-positif.

Terlepas pada besarnya masalah TB di Afrika dan negara berkembang lainnya, para ilmuwan baru mulai mencari vaksin pada kurang lebih 8-9 tahun lalu. “Setelah ditemukan, BCG terbukti efektif di Eropa, dan prevalensi menurun secara cepat,” kata Sadoff. “Oleh karena itu, orang di negara Barat menganggap TB sudah dikalahkan, sehingga tidak membuat vaksin baru – walau kenyataannya TB kembali menyerang secara ganas di negara berkembang, khususnya di antara Odha,” dia menambahkan.

TB-MDR resistan terhadap dua obat TB yang terbaik, dan TB-XDR resistan terhadap sebagian besar obat lini pertama dan kedua. Pada 90% kasus, TB-XDR dapat mematikan. Kedua jenis TB yang resistan terhadap obat dapat muncul apabila pasien TB tidak patuh pada obat lini pertamanya, yang harus dipakai sampai dengan enam

sumber WWW.Kalbe.Co.Id





Welcome in blog cared Health

Thank you for taking the time to visit my blog! To you that felt did not yet know about the world of the health come on here the Solution to the life of your health !

Health Cafe by Health Life You

Search This Blog

Subscribe Now: standard

Translate Language


Masukkan Code ini K1-17893D-2
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com